Selasa, 20 September 2011

DI BAWAH BENDERA REVOLUSI MURBA, LAND REFORM DAN KRISIS FUTURIS

Mantan founding father Indonesia / tokoh proklamator dan mantan Presiden RI pertama, Ir. Soekarno juga menghasilkan karya tulisan berupa buku. Karya-karya tulisan bukunya di antaranya ialah Koleksi lukisan istana yang salah satunya terdapat tulisan dan tanda tangannya sebagai cenderamata pada Waperdam III, Dr. Chaerul Saleh. Menandakan Chaerul Saleh termasuk pejabat dan tokoh pemuda yang di percaya sebagai tangan kanannya. Buku lain pemberian karya Soekarno pada Dr. Chaerul Saleh adalah buku Sarinah dan Di Bawah Bendera Revolusi. Chaerul Saleh di juluki tokoh kontroversial oleh purn. Jenderal Roeslan Abdul Gani. Di istana merdeka, bahkan Chaerul Saleh di beritahu pernah marah-marah, tapi orang-orang istana merdeka pada segan padanya. Sewaktu Kartosuwiryo pemimpin DI/TII tertangkap, Chaerul Saleh juga yang memberikan grasi supaya tidak di eksekusi mati. Mengingat jasa Kartosuwiryo sebagai komandan batalyon Siliwangi. di Jawa Barat, yang juga teman seperjuangannya waktu bergerilya kemerdekaan Indonesia. Menpangad Letjen Ahmad Yani yang juga mantan komandan Ambarawa teman seperjuangan gerilya mengabulkan. Dulunya mereka masing-masing sama-sama komandan gerilya revolusi kemerdekaan. Chaerul Saleh kemudian mendirikan partai Moerba ( MURBA ), atau Musyawarah Rakyat Banyak. Agama Islam tidak mengajarkan putus asa. Bahkan menganjurkan ikhtiar. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW., " Tidak ada agama tanpa menggunakan akal sehat." Di masa orde lama juga muncul buku tulisan Kiai HMS Mintareja, yang menuliskan bahwa Nasionalisme Indonesia di dominasi oleh orang-orang Indonesia aliran komunis. Yang kemudian menjadi Demokrasi atau Sosialis. Bahkan ke dalam partai berlambang hijau sekalipun. Nampaknya Kiai Mintareja juga berasal dan membela Masyumi sebagai partai Islam pertama. Padahal sepengetahuan data sejarah partai Islam di Indonesia pertama adalah Sarekat Dagang Islam ( SDI ) kemudian menjadi Sarekat Islam ( SI ). Sarekat Islam kemudian pecah menjadi Sarekat Merah dan Putih. Dan ada pula ulama Islam yang mengatakan tiada dikotomi ilmu di Islam. Merah, hijau, kuning atau putih, Islam adalah universal. Chaerul Saleh dalam pidatonya mengenai maritim Indonesia, mengucapkan soal pembangunan land reform di Indonesia. Mengenai landreform untuk memberdayakan dan menghubungkan pemanfaatan pembangunan lahan dan infrastruktur di maritim dan agrikultur Indonesia. Mengutarakan bagaimana ketika nelayan di masa badai atau tidak dapat melaut juga dapat cadangan kesempatan berusaha di bidang agrikultur sebagai fasilitas pendukungnya ketika tidak mampu melaut. Chaerul Saleh juga membandingkan dengan pembangunan agrikultur di mancanegara yang telah menggunakan infrastruktur peralatan teknologi. Nampak pesannya sedari masa orde lama, pembangunan dan infrastruktur kelautan dan agrikultur termasuk yang di utamakan di Indonesia. Sebagai infrastruktur / prasarana dasar bangsa Indonesia. Chaerul Saleh memulai kerjanya pada pembangunan irigasi. Adapun pembangunan waduk / bendungan di kembangkan pada jaman pengganti generasinya, oleh Soeharto. Soeharto di kritik sekaligus di pandang prestasi kemaslahatannya sebagai Kepala Negara, jauh berbanding penggantinya SBY, yang di kritik dan terus-menerus menjadi kontroversi lebih besar rakyat sekaligus. Bahkan semakin lama nampaknya rakyat makin antipati di pimpin SBY dan partainya Demokrat. Suara rakyat di mana-mana semakin besar menghendaki turunnya SBY dan Demokrat dari unsur-unsur pemerintahan di negara Indonesia. Berbagai manipulasi kriminal bermunculan sebagian terus luput di tangkal. Padahal kasultanan-kasultanan di Indonesia seperti Aceh dan Banten menambahkan embelan Negara Darussalam, atau berarti negara tata tenteram. Atau seperti ucapan menonjol Prabhu Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada di masa kejayaan Mojopahit menguasai segenap Nusantara Indonesia, " Gemah ripah loh janawi tata tenterem kerta raharja jasa." Segenap rakyat menghendaki pembaharuan yang lebih baik, juga terhubung dengan soal pemerataan kesejahteraan ( hak kesejahteraan umum rakyat ) dan rasa keadilan. Juga sekaligus pemulihan yang dapat berkembang menjadi pengembangan infrastruktur negara, terkait masalah waduk yang jebol, kelistrikan, pembangunan jalan, monorel, dsb. Tapi pembangunan infrastruktur yang di buat sejak dekat sebelum hingga ke dalam masa SBY juga menjadi kontroversi rakyat. Apalagi karena unsur pemerintah, hukum, aparat, Dirjen Pajak, Gubernur Bank Indonesia, anggota DPR juga melakukan penyimpangan korupsi yang turut imbasnya merugikan rakyat. Yang mana kambing hitam utama rakyat adalah pada SBY dan partainya Demokrat. Pengamat tata negara Indonesia, Putera Sidin mengusulkan jika demikian situasinya, maka partai Demokrat sebaiknya di bubarkan. Gerakan Pembaharuan termasuk cita-cita pergerakan revolusi bangsa Indonesia sejak lama. Bangsa Indonesia adalah bangsa revolusi dan marhaen ( pekerja ), negara Indonesia adalah negara sosio-nasional kesimpulan dari pandangan Soekarno. Tapi kenyataannya Indonesia kini tengah melalui masa krisis futuris, di antara revolusinya memperbaiki ketidakadilan, atau membangun infrastruktur melalui gelombang aneka musibah. ALLOH SWT., berfirman sesungguhnya setiap kamu mengalami cobaan hidup di dunia. Nabi Muhammad SAW., bersabda," Sesungguhnya ALLOH tidak mengubah suatu kaum sebelum kaum tersebut berusaha mengubah nasibnya." " Sesungguhnya ALLOH menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaknya kamu menetapkannya dengan adil." QS An-Nisa' : 58. Ayat ini juga mengingatkan bahwa sifat Demokrasi di Indonesia bukanlah demokrasi liberal, tapi demokrasi terpimpin. Demokrasi yang terpimpin konstitusi dasar hukum negara, yakni UUD 45 dan Pancasila. Seperti isi sila 5 Pancasila, " Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ", pasal 18 BAB OTONOMI DAERAH, " Pemerintah, MPR/DPR wajib memandang hak asal-usul istimewa kedaerahan, " dan pasal 27 ayat 2 UUD 45," Setiap warga berhak mendapatkan penghidupannya yang layak." Wabillahi taufik wal hidayah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar