Yang kedua Ratu Mas Rara Santang pada tahun 1427 m., yang dapat jodoh dengan Sultan Abdullah, Sultan Mamluk dari Mesir pada tahun 1448 m., pada waktu menunaikan ibadah haji yang di perintah oleh Rama Guru Syekh Nuruljati yang pada tahun 1448 m., melahirkan Syarif Hidayatulloh di Mekah dan pada tahun 1450 m., adiknya bernama Syarif Nurullah. Yang ketiga Pangeran Raja Sengara Kian Santang pada tahun 1429 m., setelah menunaikan ibadah Haji bernama pula Haji Mansur. Pangeran Sengara Kian Santang kemudian menjadi Raja di Garut, Jawa barat. Pangeran Cakrabuana setelah di tinggal mati ibundanya pada tahun 1441 m., keluar istana Pajajaran pada umur X 17 tahun ( 1442 m ) agama sang Hiang yang bernama Nyai Indhang Geulis ( Ayu ). Tidak lama kemudian adiknya Nyai Lara Santang ( Ratu Mas Rara Santang ) menyusul. Pernikahan dengan Nyai Indhang Geulis menurunkan seorang puteri yang bernama Ratu Mas Pakungwati pada tahun 1446 m. Setelah menunaikan ibadah haji pula Pangeran Cakrabuana telah menjadi Wali dari pernikahan Ratu Mas Rara Santang dengan Sultan Abdulloh dari Mesir. Sepulangnya dari ibadah haji dari tanah suci Mekah, Pangeran Cakrabuana singgah di Campa / Kamboja berguru sarengat Rosul pada Syekh Jati Suara, menikah dengan seorang puterinya Guru Besar itu pada tahun 1449 m., yang bernama Nyai Rasa Jati, dan dari puteri ini setelah kembali ke Jawa mendapatkan 7 orang anak, yang masing-masing di beri nama : 1. Nhay Lara Konda. 2. Nhay Lara Sejati. 3. Nhay Jatimerta. 4. Nhay Jamaras. 5. Nhay Mertasinga. 6. Nhay Cempa. 7. Nhay Rasa Melasih. Selanjutnya Haji Abdulloh Iman / Pangeran Cakrabuana menikah lagi dengan Nyai Retna Riris, seorang puteri dari Ki Gedheng Alang-alang, Kuwu pertama dukuh Caruban ( Cirebon ) yang setelah menikah dengan Pangeran Cakrabuana ( haji Abdullah Iman ) di ganti namanya dengan Kencana Larang. Pernikahan ini menurunkan seorang putera bernama Pangeran Caruban / Carbon yang menetap di rumah kakeknya di Caruban Girang, kuwu Caruban Girang. Pada tahun 1677 m., atas persetujuan Sultan Banten, kasultanan Cirebon di bagi 2 menjadi Keraton Kasepuhan ( Keraton Pakungwati yang di bangun 1479 m), dan keraton kannoman ( di bangun 1675 m ). Peristiwa ini menandakan Sultan Surosowan juga punya pengaruh kekuasaan yang besar pada kedaerahan kekerabatannya di kasultanan Cirebon, berhubungan urusan kemaslahatan. Syarif Hidayatulloh setelah berumur X 20 tahun ( 1468 m., ) berguru ilmu agama Islam kepada beberapa Syekh di daratan Timur Tengah, setelah selesai berguru menuju ke Jawa ( Indonesia ) pada tahun 1470 m. Setelah beberapa lama berada di Jawa, beliau menikah dengan Nyai Babadan pada tahun 1471 m., seorang puteri Ki Gedhe Babadan. Tidak lama kemudian Nyai Babadan wafat tanpa putera pada tahun 1477 m. Isteri kedua beliau Nyai Lara Bagdad, yang di sebut pula Syarifah Bagdad, seorang adik dari Maulana Abdurrokhman Bagdad. Isteri ketiga Ki Syarif Hidayatulloh adalah Nyai Kawunganten seorang adik Bupati Banten bawahan kerajaan Pajajaran Pakuan. Pada tahun 1475 m menurunkan 2 orang putera-puteri. Yang pertama Ratu Winahon pada tahun 1477 m., dan yang kedua Pangeran Sebakingkin pada tahun 1479 m., yang pada tahun 1526 m., menjadi Bupati Banten di negara Banten sebagai wakil ayahandanya ialah Sunan Gunung Jati bergelar Pangeran Hasanuddin yang pada tahun 1568 m., setelah wafatnya Syarif Hidayatulloh menjadi Sultan Hasanuddin Sultan Banten/ Surosowan pertama yang berdaulat penuh. Tahun kelahiran Pangeran Sebakingkin / Maulana Hasanuddin menandakannya sebagai putera tertuanya Ki Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatuloh / Syekh Nuruddin. Baru pada tahun 1484 m., dari rahim Nyai Lara Bagdad / Syarifah Bagdad lahir 2 orang putera : Yang pertama Pangeran Jayakelana pada tahun 1486 m. Yang kedua Pangeran Bratakelana pada tahun 1489 m., alias Pangeran Gung Anom. Pada tahun 1478 m., Ki Sunan Gunung Jati menikah dengan Nyai Pakungwati, seorang puteri Rama Uwanya ialah Pangeran Cakrabuana sebagai permaisuri, bersemayam di Keraton Pakungwati ( dalam bahasa Cirebon padmi, yang kemudian mengangkat dua orang puteranya Nyai Lara Bagdad dan Pangeran Adipati Muhammad Arifin/ Pangeran Pasarean sebagai anaknya sendiri. Pangeran Arifin ini kemudian di angkat menjadi Sultan Cirebon pengganti Eyang Sunan Gunung Jati ( penulis menyebut eyang karena berarti juga cicit turunannya dari saidin Surosowan Banten ).
Selasa, 20 September 2011
SULTAN SUROSOWAN I PUTERA SULUNG KI SUNAN GUNUNG JATI SYARIF HIDAYATULOH
Berdasarkan buku Sejarah Cirebon, tulisan PS Sulendraningrat, di temukan data berdasarkan tahun kelahirannya, putera sulungnya Ki Sunan Gunung Jati/ Syarif Hidayatullah ialah Pangeran Sebakingkin atau kemudian bergelar Sultan Surosowan I, Maulana Hasanuddin yang lahit pada tahun 1479 masehi.
Berikut kesimpulan urutan keterangan mengenai keturunan-keturunan Pangeran Cakrabuwana dan Sunan Gunung Jati/ Syekh Syarif Hidayatuloh dari buku sejarah Cirebon, tulisan PS Sulendraningrat :
Prabhu Siliwangi menikah dengan Ratu Mas Subang Larang yang lahir pada tahun 1404 m., pada tahun 1422 m., dan wafat pada 1441 m., menurunkan tiga orang :
Yang pertama Pangeran Walangsungsang pada tahun 1423 m., dan yang setelah berguru kepada Syekh Nuruljati di beri nama pula Pangeran Cakrabuana, sesudah membabat dan pembangun dukuh caruba pada I Sura 1302 J / 1389 m., ( Kodya Cirebon 1 Sura 1358 J / 1445 M bernama pula Sri Mangana.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar