Sabtu, 15 Oktober 2011
Kerajaan-Kerajaan di Utara Jazirah Arab
By Abi Ilham
1) Kerajaan Anbath (400 SM-105 SM)
Mereka adalah kabilah yang berada di pedalaman yang berdiam di bagian selatan wilayah Suriah. Kerajaan mereka terentang dari Gaza di bagian selatan hingga Aqabah di bagian utara. Dengan demikian, mereka berada di sebuah posisi yang sangat strategis yang menghubungkan lintas bisnis antara utara dan selatan. Posisi mereka demikian penting bagi berkembang dan mundurnya perdagangan. Ibukota Anbath adalah Batra’.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada abad pertama Masehi. Pada saat itu wilayah kekuasaannya hingga mencapai Damaskus dan ke wilayah Selatan sampai ke Madain Saleh (hingga kini memiliki peninggalan-peninggalan bangunan dan arsitektur yang indah). Sedangkan, raja yang paling terkenal dari kalangan mereka adalah al-Harits III dan Ubaiidah II. Kerajaan ini dikuasai oleh orang-orang Romawi pada tahun 105 M.
2) Kerajaan Tadmur
Kerajaan ini dikenal demikian makmur di masa klasik. Kerajaan ini telah disebut-sebut seribu tahun sebelum Masehi. Masa keemasannya dicapai pada abad II dan III Masehi. Kerajaan ini memiliki posisi geografi yang strategis dalam bisnis yang menghubungkan antara dua empirium Romawi dan Persia. Kerajaan ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan kekaisaran Romawi. Oleh sebab itulah, kerajaan ini selalu terlibat pertempuran yang demikian sengit dengan kekaisaran Persia. Bahkan, kerajaan ini pernah mengalami kemenangan yang sangat menakjubkan atas Persia, yang terjadi pada masa pemerintahan raja mereka yang bernama Adina. Pada masa raja Adina, kerajaan ini telah mampu me-lebarkan sayap pengaruhnya hingga ke semua wilayah Suriah, Setelah itu tampuk pemerintahannya dipegang oleh istrinya yang bernama Zanubiya (Zaba’) yang dengan berani menentang Romawi. Dia terlibat peperangan sengit dengan pasukan Romawi hingga akhirnya dia kalah dan kerajaannya dihancurkan oleh musuh. Baik penduduk kerajaan Anbath maupun Tadmur keduanya sama-sama menyembah berhala dan kekuatan alam.
3) Kerajaan Hirah
Mereka adalah orang-orang Arab yang melakukan hijrah. Kerajaan mereka berdiri di sebelah Utara Jazirah Arab (bagian Selatan Irak) dan berada di bawah kekuasaan Persia. Mereka mendapat perlindungan dan mereka pun melindungi Persia. Raja mereka yang paling terkenal di antaranya ‘Amr bin Adi, Mundzir bin Ma’a al-Sama’, dan Nu’man ibnul-Mundzir. Setelah Nu’man, Kaisar Persia mendudukkan Ayas bin Qubaishah sebagai raja untuk Hirah. Bersamanya juga ada seorang laki-laki yang juga menjadi penguasa yang berasal dari Persia.
Pada periode ini kaum muslimin datang dan menaklukkan Hirah. Penaklukan ini dipimpin oleh Khalid ibnul-Walid pada tahun 13 H/633 M. Ayas melakukan perdamaian dengan cara membayar jizyah, kemudian mereka masuk Islam.
4) Kerajaan Ghassan
Mereka berasal dari orang Arab asal Yaman yang melakukan hijrah setelah runtuhnya bendungan Ma’rab—seperti Munadzarah Hirah. Mereka diam di wilayah pedalaman Syam dan berada di bawah kekuasaan Romawi yang memberi perlindungan pada mereka dari serangan orang-orang Arab. Awalnya tampuk kekuasaan berada di tangan kabilah Dhaja’imah. Di antara raja yang paling terkenal dari kalangan mereka adalah Ziyad bin Huyulah.
Kemudian setelah kabilah ini Ghassan diperintah oleh Bani lafnah dan menjadikan Damaskus sebagai ibukota. Di antara raja mereka yang kesohor adalah al-Harits bin Jabalah dan al-Mundzir ibnul-Harits serta Jabalah ibnul-Abham. Dia adalah raja terakhir kerajaan Ghassan. Pada pemerintahannya inilah kaum muslimin memasuki Syam. Disebutkan bahwa Jabalah pernah masuk Islam kemudian murtad dan melarikan diri ke Romawi pada masa pemerintahan Umar ibnul-Khaththab.
pentingnya Peradaban Munadzarah dan Ghassan
Peran paling penting yang dimainkan oleh kerajaan ini adalah bahwa keduanya menjadi jembatan yang meng-hubungkan peradaban Persia dan Romawi ke Jazirah Arab. Salah satu peradaban yang paling penting yang mereka bawa adalah agama-agama dan beberapa pengetahuan umum serta teknik berperang.
Hijaz
Hijaz adalah tempat pertama dakwah Islam. Di tempat inilah Rasulullah lahir dan berkembang. Hijaz adalah tempat diturunkannya wahyu kepada Nabi Muhammad saw. Tempat ini adalah tempat munculnya nur dan cahaya. Dari Hijazlah bergemuruh suara reformasi dan dakwah Islam. Islam telah mentransformasikan Hijaz dari sebuah tempat yang hanya disebut Arab menjadi sebuah tempat yang menginternasional.
1. Pertumbuhan Mekah dan Kisah Ismail
Sebagaimana telah kita sebutkan sebelum ini, Ibrahim bersama istrinya Hajar dan anaknya Ismail datang ke Mekah. Kemudian dia meninggalkan anak istrinya itu di Mekah. Saat itu Mekah adalah sebuah gurun Sahara yang gersang. Allah telah memerintahkan Ibrahim untuk melakukan hal itu. Kemudian Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah untuk menjadikan Mekah sebagai tempat yang aman dan makmur.
Pada saat ditinggal itulah memancar air zamzam dan kala itu pula kabilah Jurhum yang berasal dari Yaman melintas di sekitar Mekah. Hajar mengizinkan mereka untuk tinggal di tempat itu. Maka, Nabi Ismail tumbuh dan berkembang di tengah mereka dan belajar bahasa Arab yang merupakan bahasa mereka. Sedangkan, Nabi Ibrahim datang menziarahi-nya pada waktu-waktu tertentu.
Dalam sebuah kunjungannya, Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih anaknya, Ismail. Maka, keduanya menyerah terhadap apa yang Allah perintahkan. Tatkala apa yang Allah perintahkan dilakukan oleh keduanya, Allah mengganti Ismail dengan domba yang besar. Itu semua merupakan cobaan dari Allah. Kemudian keduanya mendiri-kan Ka’bah sesuai dengan perintah Allah. Lalu, Allah meng-utus Ismail sebagai Rasul kepada kabilah Jurhum dan orang-orang yang berada di sekitar Mekah.
Allah berfirman,
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail seraya berdoa, ‘Ya Tuhan kami, terimaiah daripada kami amalan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya, Tuhan kami. Jadikanlah kami berdua orang-orang yang tunduk patuh kepada Engkau, tunjukanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimaiah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.’” (al-Baqarah : 127-128)
Setelah meninggalnya Nabi Ismail, orang-orang Jurhum mampu menguasai Mekah dan menjadi penguasa di tempat itu. Namun, mereka melakukan kerusakan di tempat itu. Setelah itu Mekah tunduk dan berada di bawah pemerintahan Khuza’ah. Mereka juga berasal dari Yaman. Sedangkan, Bani Ismail berada dalam posisi yang netral.
Pada masa pemerintahan Bani Khuza’ah ini pemujaan terhadap berhala memasuki kota Mekah. Pemujaan terhadap berhala ini dibawa oleh pemimpin mereka yang bernama ‘Amr bin Luhay. Dia membawa berhala-berhala dari Syam yang kemudian dia sembah dan kemudian diikuti oleh penduduk Mekah.
Setelah itu Bani Ismail semakin banyak dan berkembang. Diantaranya adalah Kinanah (Quraisy adalah salah satu keturunan dari Kinanah). Qushay bin Kilab (kakek nomor empat Rasulullah) berhasil mengusir Khuza’ah dari Mekah, lalu dia memimpin Mekah. Maka, jadilah Mekah berada di bawah kepemimpinan Quraisy. Setelah itu Mekah dipimpin oleh anaknya yang bernama Abdu Manaf. Lalu, kepemimpinan Mekah dibagi-bagi diantara anak-anaknya: Hasyim, al-Mntthalib, Abdus Syam, dan Naufal.
Abdul Mutthalib bin Hasyim (kakek Rasulullah) adalah pemimpin Mekah saat Abrahah berusaha untuk menyerang ka’bah yang kemudian Allah gagalkan dan hancurkan. Peristiwa itu dikenal dalam sejarah dengan sebutan Tahun Gajah. Tahun itu adalah tahun dimana Rasulullah dilahirkan pada tahun 570 M/52 Sebelum Hijrah.
2) Tahun Gajah dan Usaha Penghancuran Ka’bah
Abrahah al-Asyram (penguasa Yaman yang berasal dari Habasyah) membangun sebuah gereja yang sangat besar dan indah di Shan’a. Dia menamakan gereja itu dengan Qalbis.
Dia mengajak manusia untuk melakukan haji ke tempat itu sebagai ganti dari haji mereka ke Ka’bah (tindakan ini mcmiliki latar belakang agama, politik, dan ekonomi). Namun, dia gagal segagal-gagalnya dan tidak seorang pun yang melakukan ibadah haji ke sana. Maka, marahlah dia dan bertekad untuk menghancurkan Ka’bah.
Kemudian dia pun berangkat menuju Mekah dengan membawa pasukan yang diawali dengan pasukan gajah. Tidak ada seorang pun yang berani mencegah kedatangannya karena takut dan kecut hatinya. Tatkala dia memasuki Mekah dan mau menghancurkan Ka’bah, Allah menghancurkan dia bersama-sama dengan pasukannya. Kisah ini disebutkan dengan jelas dalam surah al-Fiil.
Peristiwa Gajah ini memiliki arti yang sangat besar bagi orang-orang Arab. Oleh sebab itulah, mereka mencatatnya sebagai sebuah tahun yang harus diabadikan. Di tahun itulah Rasulullah dilahirkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar