Selasa, 11 Oktober 2011
DEMOKRASI TERPIMPIN DAN INGATAN CITA-CITA MEWUJUDKAN INDONESIA MOLEK, ADIL, BEBAS, ENAK DAN AKTIF.
Di negara demokrasi ini, penulis terbersit menerjemahkan proses profesional dalam kenyataan hidup. Demokrasi juga berlintasan dengan realita di tiap masa.
Dan konstitusi demokrasi Indonesia adalah demokrasi terpimpin, terpimpin ideologi dasar negara, yakni Pancasila dan UUD 45.
Yang hikmat utamanya adalah BERKETUHANAN YANG MAHA ESA DAN BERKEADILAN. Keadilan di sebut hingga 2 X di sila Pancasila, di sila 2 dan 5. Karena hingga di sebut 2 X, dapat di terjemahkan berkeadilan termasuk konstitusi utama di ideologi dasar demokrasi terpimpin negara Indonesia. Dan bersamaan tempelan ideologi negaranya berpolitik luar negeri Indonesia adalah politik bebas aktif. Cantuman-cantuman azas konstitusi negara Indonesia ini sudah di tulis oleh para founding fathers negara kesatuan Indonesia.
Walau kenyataan temporernya bertolak belakang dari berkeadilan dan politik bebas aktifnya justru internal bumiputera Indonesia yang di temukan juga kerap tertekan dari tekanan luar negara.
Pernah di muatan harian Kompas di masa orde baru terdapat tulisan mengenai bagaimana kebebasan yang bertanggung-jawab.
Tidak di pungkiri juga, manusia adalah makhluk khilaf ( tidak sengaja luput berbuat salah ) atau karena kondisi kemiskinannya berbuat kufur. Dan Alloh SWT., membela kedudukan manusia di hadapan malaikat ketika bertanya, “ Mengapa manusia di jadikan kholifah di muka bumi, sedangkan mereka berbuat kerusakan dan pembunuhan. Alloh SWT ., kemudian menjawab, “ Aku Maha Mengetahui penciptaan manusia.”
Nabi SAW., juga bersabda,” Sesungguhnya kemiskinan itu mendekati kekufuran.”
Dan termasuk sifat dasar manusiawi juga ingin bebas, tapi bagaimanapula berkebebasan yang amoy ( enak, menyenangkan ).
Kebebasan seutuhnya tanpa di usik colongan kriminal.
Sejak sebelum munculnya renaisans dan humanisme di barat pada abad 14 m, Al-Qur’an telah mencantumkan surat-surat mengenai kemanusiawian dan seni seperti surat Asyu-araa, Al-Insan, An-Naas.
Pernah pula terdapat ucapan Ustad di radio, di agama Islam tiada di batasi dikotomi ilmu pengetahuan.
Terdapat di antara kesan realita, adakalanya manusia punya keinginan berusaha profesional dalam proses pekerjaannya. Atau juga punya kesempatan untuk insyaf melakukan perbaikan. Manusia atau bangsa yang ingin berjiwa besar, bertahapan melalui proses ke arah profesional.
Seperti terucap dari hadits, Suatu kaum tidak akan berubah sebelum kaum itu berusaha mengubahnya.”
Berhubungan dengan soal kegiatan usaha berusaha, Nabi SAW., bersabda, “ Haram hukumnya saling jatuh-menjatuhkan.”
Bahkan di QS Al-Maidah : 5, Alloh SWT., berfirman, Bertolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa ( keadilan ),dan janganlah kamu bertolong-menolong dalam kejahatan.”
Nabi SAW., juga bersabda,” Sesungguhnya golongan orang pengkhianat akan di kumpulkan di akhirat dalam panji golongan pengkhianat.”
Di pelajaran sekolah juga di ajarkan sifat pengkhianat termasuk sifatnya golongan orang munafik.
Ketika sambil menggendong cucunya, Nabi SAW., berkata, “ Barangsiapa tidak menyayangi, maka tidak akan di sayangi.”
Nabi SAW., juga bersabda, “ Bencilah perbuatan jahatnya, jangan benci orangnya.”
Nabi SAW., juga bersabda,” Celakalah, celakalah.” Kemudian di tanya umat Islam, “ Siapa yang celaka ya Rasululloh?” Nabi SAW., menjawab,” Orang yang akibat perbuatannya mengusik sesama manusia.”
Di QS An-Nisa’ : 58, juga Alloh SWT,, berfirman,” Sesungguhnya Alloh menyuruhmu menyampaikan amanat pada yang berhak menerimanya.”
Di Qur’an juga Alloh SWT., berfirman, “ Wahai orang-orang yang beriman bersaksilah yang adil, dan berlaku adillah.”
Nabi SAW., juga bersabda," Jangan melihat siapa, tapi lihat apa kebenaran yang di katakannya."
Nabi SAW., juga bersabda,” Bayarlah hak masing-masing!”
Dalam QS Al-Zalzalah, ( Goncangan ), terdapat firman Alloh SWT., “ Barangsiapa berbuat kebaikan sebiji zarrah, maka akan mendapat balasan kebaikannya, barangsiapa berbuat kejahatan sebiji zarrah juga akan mendapat balasannya.”
Almarhum S. Soedjojono pernah mengatakan, “ Indonesia di masa lalu pernah meninggalkan hasil seni budaya yang bermutu tinggi, seperti terdapat di peninggalan ( seni budaya Jawa )candi Borobudur dan Prambanan.”
Ketika S.Soedjojono yang juga perokok berat ini, terbaring sakit kritis di kunjungi Raden Basuki Abdullah sesama pelukis senior, R. Basuki Abdullah bertanya pada S.Soedjojono, mana karyamu yang lain? Maksudnya supaya S. Soedjojono mau berusaha pulih dan berkarya lagi.
Catatan artikel peristiwa ini juga menandakan R. Basuki Abdulah yang ternyata bukan pelukis yang bersifat egois, kapitalis ala Apprentice Donald Trump, sinis menjatuhkan, tapi sebenarnya bersifat baik, bercanda, memberi senyuman dan penolong seperti sifat sebenarnya hadiningrat Mataram kebanyakan ketika mulai berusia tua. Atau mungkin karena R. Basuki Abdulah terpengaruh oleh ucapan Affandi dan S. Soedjojono yang ketika mereka sama beranjak tua kemudian menjadi sahabat karib.
Makna cerita wayang Gatotkacasraya adalah walau Raden Gatotkaca berotot kawat, tulang besi, berunsur kawah candradimuka, tapi dalam melalui peperangan Bharatayudha juga menemui kemenangan, kekalahan dan kematiannya. Tapi makna utamanya adalah semangat tempur ( semangat juangnya ) sebagai Ksatria Raden Pandawa walau menemui kekalahan atau kemenangan, terbang atau jatuhnya, membunuh atau di bunuh adalah lakon revolusi kehidupan manusia.
Ketika sedang berperang dalam Bharatayudha kemenangan ( kesuksesan ) yang di cari, walaupun kemudian memakai cara saling membunuh atau membunuh secara siluman atau dari belakang untuk menjunjung keistimewaan martabat masing-masing, sebagai kemenangan Raden Pandawa/ Kurawa.
Dan R. Basuki Abdulah menggagas mengenai perebutan kekuasaan feodal ini melalui lukisannya. Yang juga telah tercermin di lintasan sejarah Nusantara Indonesia sejak jaman Rakai Pikatan vs Indrawarman, paregreg Mojopahit, Suronata vs Mojopahit, panji Macan Ali vs Pajajaran, Surosowan Mataram/ Kota Gede vs Surakarta, Surakarta Trunojoyo vs Amangkurat, Banten vs Mataram, Surosowan Banten vs Bupati Jayakarta pengkhianat, Surosowan Banten vs Abdul Kohar/ Sultan Haji pengkhianat & koruptor, pengkhianatan berbuntut pengkhianatan. Lantaran setiap kerajaan punya hak istimewa masing-masing, yang jika satunya tidak di hargai/ di bayarkan semestinya hak istimewa kedaerahannya maka dapat menimbulkan perlawanan hingga pralaya/ perang saudara.
Pralaya di catatan sejarah yang terjadi sejak akibat korupsi pembesar Mojopahit.
Contoh bahwa distorsi rasa keadilan menimbulkan buntut kontroversi, pertentangan hingga perlawanan terus-menerus sampai rasa keadilan di tuntaskan.
Dan terdapat catatan sejarah, ternyata R. Basuki Abdulah bersama rekan seangkatannya, S. Soedjojono, Affandi termasuk pelukis anggota Lekra ( Lembaga Kesenian Rakyat).
R. Basuki Abdulah ialah tergolong pelukis sarjana akademis tapi juga anggota Lekra. Karena tergolong pelukis sarjana akademis, R. Basuki Abdulah juga menjadi di kritik, tapi juga kemudian menjadi teman dekat rekan maestronya, S. Soedjojono dan Affandi. Tapi sifat kritiknya bukan menjatuhkan, justru memberi input/ masukan.
Affandi pernah memberikan kritik pada R. Basuki Abdulah lantaran sifat sombongnya yang keningratan, golongan bangsawan Bang Wetan, keindobelandaan, sarjana akademik dan kehebatan kemampuan teknik melukisnya yang di katakan Affandi memang lebih hebat dari segenap pelukis di Indonesia bahkan di Asia dan menjadikannya merasa sebagai underdog / di pecundanginya.
Affandi iri padanya karena ketika muda ingin belajar pada R. Basuki Abdulah, tapi di usir R. Basuki Abdulah. Tapi justru karena Affandi punya potensi sebagai otodidak, malahan memicu menemukan inovasi gaya baru dalam lukisannya yang juga menjadi termasuk penemuan corak baru gaya seni lukis Indonesia.
Jika Affandi mengkritik R. Basuki Abdulah adalah pelukis yang mementingkan harta, maka S. Soedjojono mengatakan R. Basuki Abdulah ialah tergolong pelukis yang terhebat tekniknya di masanya. Pelukis yang birahinya besar.
Memang jika membaca cerita sejarah pelukis tua lucu-lucu juga, karena ternyata karakter orangnya juga lucu-lucu dan menyenangkan semua.
Mungkin sebenarnya mereka melakukan canda antar sesamanya seniman bukan kritik sinis.
Tapi kritik Affandi malahan juga membuat R. Basuki Abdulah turut memperhatikan perkembangan realisme sosial dalam karya dan bersosialisasi . Dan kenyataannya R. Basuki Abdulah turut bergabung dengan lembaga kesenian rakyat ( lekra ) bersama Trubus sebagai anggota kehormatan.
Sejak G30 S/PKI, banyak juga pelukis dan seniman di culik, di bunuh atau dihilangkan, seperti contoh ketuanya Lekra, pelukis Trubus yang kasus hilangnya masih menjadi misteri.
Di zoliminya mereka ada yang bilang karena bagian dari teman dekatnya Presiden Soekarno, bagian dari seniman rakyat orde lama yang lebih di tinggikan kedudukannya daripada pejabat tinggi, atau perwira tinggi militer dan polisi.
Kemudian memasuki jaman SBY seolah di buat propaganda diangkatnya seniman ke dalam kedudukan tinggi di negara, tapi yang selebriti kapital/ narsis selebriti kapitalis, yang bisa di ajak KKN baru KIB, bukan yang seniman rakyat/ realisme sosialis akademis ala Lekra Pak Karno dan Gedung Juang Menteng 31 Laskar Rakyat Dr. Chaerul Saleh
( Partai independen Murba/ Musyawarah Pembaruan ). Chaerul Saleh mendirikan partai seperti gurunya, Tan Malaka pendiri PARI ( Partai Rakyat Indonesia ) setelah melepas jabatannya sebagai Ketua CC PKI. Tan Malaka yang waktu itu termasuk kandidat dalam pemimpin negara Indonesia, kemudian di curi kesempatan di tembak mati oleh suatu komplotan TNI ( di duga pelakunya Soeharto yang waktu itu Letkol Werkhreise ), karena tuduhan mata-mata Komunis Cina.
Walau kematiannya R. Basuki Abdulah juga menjadi kontroversial di bunuh dan dirampok oleh pembantunya yang menyimpang menjadi tamak, zolim dan jahat ala manipulasi teroris atau koruptor kini termasuk seperti di jaman KIB SBY.
Dan di temukan di arsip lama, R. Basuki Abdullah ternyata menghasilkan 400 karya lebih, sedangkan S. Soedjojono yang wafat lebih dulu menghasilkan 100 karya lebih sedikit dari seniornya R. Basuki Abdulah.
Tapi jumlah karya R. Basuki Abdulah ternyata masih kalah banyak dengan sesama maesto Indonnesia, Affandi. Dan kehebatan para pelukis senior tersebut walau setiapnya menghasilkan banyak karya, tetap juga menjaga hasil mutu profesionalitas tiap karyanya. Itulah tanda-tanda peninggalan seni budaya dari profesionalitas para seniman pendulu bangsa Indonesia.
Ada juga dugaan, R. Basuki Abdulah berhasil menjadi pelukis sukses, kaya, bahkan maestro kelas papan atas internasional karena sejak mudanya di kelilingi gadis-gadis cantik, cepat mendapat bini cantik dan sintal seperti di model lukisannya, dan menikah dengan gadis cantik sejak usia muda.
Bahkan R. Basuki Abdulah tercatat di arsip sejarah menikah sampai 4 kali dengan gadis cantik belia, dari bermacam ras bangsa, termasuk bule, Siam, Indonesia. Bahkan pernah berpoligami dengan di antara 2 isterinya. R. Basuki Abdulah di samping berprestasi sebagai maestro juga mendapat gelar sebagai Don yuan ( Maestro Playboy ) Indonesia, suatu prestasi yang jarang lagi di temukan kini di antara pelukis generasi muda seperti pada penulis.
Walau penulis sebenarnya termasuk yang takut berpoligami, karena resiko poligami adalah tekanan dari publik, terutama dari kaum perempuan yang semakin besar kesombongan emansipasi feminismenya semakin memasuki jaman modern. Belum memasuki rasa canggung dengan keluarga perempuan dan keluarga sendiri, yang berbeda suasana antara memasuki jaman modern dan jaman feodal klasik.
Dan juga resiko-resiko masalah dalam lintasan berumahtangganya. Dan satu lagi kunci pentingnya adalah soal izin dari perempuannya ( yang bukan saudaranya tentunya ). Izin perempuan juga berhubungan dengan kecepatan respon dan tindakan bantuan nyatanya segera mewujudkan peresmian hubungan ke jenjang pelaminan. Bukannya Nabi SAW.,juga bersabda,” Perempuan sebaiknya bersedekah.”
Soekarno menulis di bukunya Sarinah, menjadi pemimpin adalah mampu mengendalikan wanita. Tapi negara Indonesia adalah negara sosio-nasional seperti ucapan Soekarno, sedangkan Raja adalah monarkim kekuasaan privilisasi / hak istimewa. Dan berbeda pejabat negara yang punya mandat sebagai pejabat negara/ pejabat rakyat, atau punya mandat pejabat sosio-nasional negara.
Keadilan adalah hak seperti tercantum di Qur’an. Hukum adalah konstitusi dan konsekuensi keadilan negara. Dan hikmat Nabi SAW., berpoligami adalah untuk menolong. Dan terdapat juga sabda Nabi SAW., “ Janganlah melarang sesuatu yang belum di larang.” Dan Nabi SAW., juga bersabda,” Sesuatu yang bermaslahat wajib di ikuti.”
Penulis pernah berandai-andai seandainya menjadi Kaisar Surosowan yang mengembangkan kedaulatan wilayah kerajaannya di dalam negeri dan di mancanegara, kemudian untuk mempertahankan kedudukan kerajaannya berpoligami dengan 2 isteri, satu bumiputera, satu mancanegara, kemudian dari tiap rahim isterinya berketurunan satu.
Dari tiap satu keturunannya kemudian di jadikan perwakilan kedaton kerajaannya di masing-masing wilayah, satu di dalam kedaerahan kerajaan bumiputera negerinya, satunya di kedaerahan mancanegara.
Tapi ini cuma andai-andai maslahatnya menjalin tali persaudaraan wilayah kerajaaan antar wilayah kerajaan di dalam negeri bumiputeranya dan mancanegaranya. Lagipula Alloh SWT., berfirman di QS Al-Baqoroh: 286, “ Alloh tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya.”
Nabi SAW., juga bersabda,” tiada agama tanpa akal sehat.”
Dan jika seandainya yang satu dari mancanegara ternyata kelamaan tidak nyata hadir, maka di ganti yang dari area lokal yang lebih cepat dan dapat di jadikan suplemen. Kemudian yang kelamaan tinggal di buang. Jadinya ya monogami juga, atau berpoligaminya dengan yang nyata di sekitar area lokal untuk suplemen pelengkap yang lebih cepat pula.
Tapi hebatnya R. Basuki Abdulah bisa tetap melakukan memadukan kontemporernya sebagai pelukis feodal berpoligami di jaman modern tanpa berpoligami ala Syekh Puji.
Beda memang karena R. Basuki Abdulah ialah pelukis feodal yang kaya, coba di banding pelukis feodal miskin seperti penulis, lebih susah realita keadaaannya, apalagi di jaman sejak KIB SBY kini yang menteri2/DPRnya katanya ada yang berpoligami, padahal kedudukan mereka sebagai pejabat tinggi, lain jika di banding R. Basuki Abdulah sebagai pelukis feodal yang sukses dan kaya bukan ber kedudukan tinggi sebagai pejabat negara yang mesti konsekuen memberi teladan negarawan.
Maslahat dari berpoligami yang sehat dan bahagia adalah pada soal kesehatan jasmani mempengaruhi usia, yang di temukan pada sejarah laki-laki yang berpoligami demikian. Seperti di temukan pada contoh Ki Sunan Gunung Jati sebagai Sultan kaya yang berpoligami 4, menikah hingga 6 kali dengan isteri-isteri yang puteri cantik-cantik bahenol semua,dari puteri Sunan-sunan, hingga puteri Kaisar Cina, Ong Tien yang kaya-raya yang juga menjadi bendaharanya, dan berusia hingga 109 tahun, Insya Alloh. Padahal di temukan di realita kebanyakan laki-laki yang monogami mangkat lebih cepat dari isterinya, apalagi yang tidak menikah.
Dan hikmat Ki Sunan Gunung Jati berpoligami yang di temukan penafsirannya penulis adalah untuk tujuan pemanfaatan di samping dasar rasa suka sama suka ( rasa kerelaan, empati dan keenakan hati ), bukan untuk pelecehan harga diri perempuan. Bukannya Syekh Gozali juga berkata rasa adalah berhubungan dengan kepuasan batin.
Dan laki-laki yang berkedudukan tinggi semisal sebagai feodal sekaligus sebagai raja dan pelukis yang ingin jadi maestro terdapat keinginan sejahtera prasarana dan kesehatan seksualnya. Karena juga berhubungan dengan untuk suplemen mendukung aktifitas proses pekerjaan dan profesionalismenya yang nyata berpeluang lebih cepat di temukan dan di dapat.
Tapi soal Don Yuannya ingin juga ketika belum dapat jodoh bini nyata. Don Yuan sebagai obat pengisi rasa sepi dan kemarau sebagai musim panasnya bujangan, seperti cerita para pemuda Raden Mataram untuk bebas aktif melepas masa lajangnya mencari Pergiwa, atau Sembadra, Dewi Maerah hingga Dewi Suralaya sejak jaman pewayangan hingga masa pasca kemerdekaan lampau.
Manusia adalah manusia, perikemanusiaan dan kemanusiawian sesuai bidangnya masing-masing.
Nasib kesejahteraan manusia salah satunya di tentukan dari faktor keberuntungannya.
Dan mengingat mater pelajaran agama Islam dari sekolah menengah, mengenai Syukur Nikmat juga jangan sampai mengabaikan suatu manfaat supaya tidak menjadi mubazir
( penyia-nyiaan kesempatan manfaat ).
Seperti terdapat di salah satu lukisannya, Joko Tarub, seperti merepresentasikan jiwa R. Basuki Abdulah, pelukis ningrat don yuan yang dekat berasmara dengan gadis-gadis cantik.
Kalau melihat lukisannya Joko Tarub, penulis jadi teringat kenangan waktu remaja ABG di Sari Ater, Ciater Jawa Barat. Waktu itu penulis di ajak ( alm ) bapak mencari makan menjelang malam dan melewati bagian area air terjun mata air panas kemudian melihat sekumpulan perempuan hingga gadis yang mandi di sana.
Karena juga sedang bersama bapak, bapak langsung mengajak buru-buru lewat, walau penulis sempat mencuri kesempatan melihat pemandangan live show Joko Tarub.
Penulis jadi ingat juga waktu baru tiba bertemu sekumpulan gadis-gadis mahasiswa yang juga baru tiba dan kebetulan bersampingan rumah bilik Sunda penginapannya.
Menemukan, ternyata pemandangan lukisan Joko Tarub Basuki Abdulah riil. Realita yang tidak selalu realisme sosialis menjemukan.
Dan unsur pendukung lagi keberhasilan R. Basuki Abdulah adalah prinsipnya, yakni Seni adalah bisnis, dan bisnis adalah seni.” Prinsip kalimat yang sederhana, tapi amooy Indonesia molek.
Cita-cita menciptakan negara Indonesia molek adalah gagasan dari seniman founding fathers Indonesia sejak dulu yang juga berdialog dengan Presiden RI Soekarno.
Bahkan terdapat tulisan di artikel dulu, bagaimana Presiden Soekarno ketika walau sedang berkumpul dengan para pejabat negara atau Jenderal, perwira tinggi militer/polisi kemudian ketika kedatangan pelukis/seniman malah menyuruh pejabatnya keluar dari ruangannya dan menyuruh masuk kemudian ngobrol lama dengan pelukis dan seniman di ruang istana merdeka seperti Affandi, S.Soedjojono, atau R. Basuki Abdulah yang datang bersamanya.
Ini bagian tanda sejarah bahwa kedudukan pendapat ulama dan seniman ( apalagi seniman yang hidupnya merakyat/ seniman realisme sosialis bukan selebriti kapitalis ) lebih di utamakan Presiden Soekarno daripada pejabat atau perwira tinggi militer dan polisi.
Tanda Presiden Soekarno memberi sinyalemen untuk menghargai kejujuran suara pengamatan realisme sosialisnya dari kalangan ulama, seniman rakyat ( lekra/ lembaga kesenian rakyat di masa orla), pemuda laskar rakyat dan rakyat bawah, nasakom lebih di utamakan daripada pejabat atau perwira tinggi pangkat militer atau polisi, tapi rawan kibul lantaran di curigai menyalahgunakan kedudukan tingginya di negara.
Revolusi juga identik perjuangan Fidel Castro, Ernesto Castro dan Che Guevara melawan kapitalisme pengkhianatan.
Hebatnya orang dulu amoy-amoy hindia (Indonesia) molek ,dan hasil karyanya juga bagus-bagus. Dan kapan lagi bangsa Indonesia dapat lagi merasakan kemolekan berbangsa bernegaranya?
Seperti kata peneliti kesehatan kini, orang yang kesehatan seksualnya sehat, juga mendukung aktifitas kerja profesinya.
Sudah sejak lama Indonesia juga terkenal akan kepeloporannya menghasilkan karya seni yang bermutu bagus dan tinggi/ profesional.
Di abad 18 m., Raden Saleh telah menghasilkan karya seni rupa modern yang menjadi tanda keberadaan Indonesia sebagai pelopor seni rupa modern di Asia sedari jamannya.
Baru di tahun 1960-an kedudukan prestasi Indonesia sebagai macan Asia pelopor seni rupa modern tergeser Jepang, ketika munculnya pelukis pop art digital Jepang, Tadanori Yokoo.
Seperti Rudi Hartono menjadi pelopor jawara bulutangkis All England 7 X berturut-turut. Menjadikan kebanggaan Indonesia sebagai Macan Asia Utama. Di pelopori dari prestasi Indonesia di Seni Rupa dan Bulutangkis sedari masa-masa Raden Saleh, Raden Basuki Abdulah, Affandi, Rudi Hartono dan Liem Swie King, pelopor penciptaan King of Smash.
Makanya di kalangan seni rupa dan desainer, terdapat pengejawantahan akademis, bahwa pelukis adalah induknya ( kasepuhan ) seni rupa dan desain.
Bahkan almarhum Steve Jobs, pendiri Apple dan Mac Intosh ketika dalam proses awal mendirikan perusahaannya mengutip ucapan pelukis Pablo Picasso, “ Seniman yang bagus mengkopi, tapi seniman terbagus adalah yang mencuri kesempatan inovasi. “
Tapi sempilan kenyataan kini, untuk menjadi seniman terbagus di bidangnya, juga memerlukan prasarana / infrastruktur istimewa.
Maka marilah berkompetisi dengan sportif atau jurdil. Lets make fun fairplay.
Sejak di Sekolah Menengah, penulis dalam pelajaran agama Islam mendapatkan materi pelajaran yang paling di ingat adalah mengenai ikhtiar dan syukur nikmat. Materi pelajaran ta’lim agama Islam dari bagian yang sedikit di ingat penulis, tapi sudah cukup menjadi elemen prasarana dalam menjalani kehidupan.
Bukankah Nabi SAW., juga bersabda, “ Sampaikan walau satu ayat.” Nabi SAW., juga bersabda,” membaca Qur’an satu huruf saja sudah memuat 10 kebaikan.” Walau sedikit dari pengetahuan agama Islam, tapi kalau sudah cukup bermanfaat jika di amalkan dalam kehidupan nyata, sudah termasuk amal ibadah.
Menyampaikan amanat, menegakkan keadilan, ikhtiar, syukur nikmat, bukannya sudah termasuk elemen primer dalam kehidupan jika di amalkan nyata.
Dan ironis kontroversialnya di masa kini, justru para koruptor yang mendapat prasarana istimewa dari harta negara, jauh berbeda di masa Raja-raja kuno Nusantara, founding fathers hingga masa orde baru Soeharto atau mantan Presiden AS, Ronald Reagan ketika membangun museum dan galeri raksasa di New York.
Apalagi sejak memasuki antara pasca orde baru hingga masa KIB SBY, prestasi Indonesia beralih menjadi prestasi negara yang memalukan, yaitu sebagai negara rangking terkorup di dunia. Atau prestasi sebagai termasuk negara yang terzolim di dunia. Ironisnya.
Negara pengkhianat bangsanya sendiri. Sudah di demo gagal, di suarakan banyak rakyat untuk turun melepaskan jabatan, malah terus menempel di kursi panas dan menyalahgunakan jabatan. Justru terpuruknya kemajuan segenap bangsa negara di akibatkan oleh para pengkhianat dari kejahatan pembesar negaranya sendiri dan usikan terorisme. Semakin terpuruk memburuk, jelek, terusik dan menjauh dari cita-cita segenap bangsa merasakan enaknya kemolekan Indonesia.
Dan kapan lagi bangsa Indonesia dapat lagi merasakan kemolekan berbangsa bernegaranya yang berkeadilan, sejahtera, aman, nyaman, tenteram, berkemanusiawian dan menyenangkan?
Tapi manusia ialah manusia.
Wallohu a’lam bishowab. Wabilahi taufik wal hidayah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar